YANG TERPENJARA
malam telah mabuk
kelap-kelip lampu diskotik
mengurai problema dan sesak
yang menghimpit tulang belulang
nafas menjadi nafsu berpeluh
hidup kukirim keruang kosong tanpa budaya
maka aku adalah pemilik bumi
sampai malam mengantar gincumu keperaduan
dibalik gemerlap itu
aku terpenjara
segelas minuman hangat
mengobati gelisah yang meracuni magrib
sebab kau pergi tanpa sepatah kata
lalu sepatuku
terluka ditepi jalanan
kerikil tajam
menggores percakapan kita tentang kebahagian para nelayan
yang mengarungi samudera luas
dalam dekap kehangatan itu
aku terpenjara
ketika kau suntikkan cairan itu dijasad ku
pergilah aku kedalam sunyi pengasingan
aku kian terluka
Tuhan....
ku mulai menghempas tubuh ini pada dinding penjara
ku mulai melafalkan bait-bait kebesaran
ku mulai meletakkan hina wajah ini di tanah
Mu
bersujud
dan bukalah pintu ini
aku terpenjara
SAKAU
kebencian
yang datang tanpa mengetuk pintu
mencekik subuh
memanggang magrib dan menelan Isya' dalam bara
api yang menyala-nyala
detik memukul lonceng kematian
berdentang
menendang
memekakkan telinga jagat raya
apakah makna hidup pada saat kematian menemukan kuncinya
oooo
betapa perih kenyataan
sungai mengalirkan limbah kecerobohan
dari tanda tanya akan keindahan
lalu berubah menjadi
pengulangan rasa
ketagihan
ooo
sakau
bangkitkan aku dari kematian
mati rasa mati jiwa dan mati cinta
kembalikan aku pada
kehidupan
MENCARI PIJAR
Gelap telah membatu dilorong-lorong
hitam menempel
dan mataku mencari makna yang kau kirim lewat bunga mawar dan secangkir kopi
kedalam jiwa aku berenang
mungkin permata tertanam disini.
diakhir pengembaran anak-anak merpati
dimana senja
dimana jingga
dimana pagi
kemana mimpi
semuanya menjadi satu warna menakutkan
yang menaklukan kesombonganku
maka semuanya menghilang dalam pertanyaan-pertanyaan
tanpa jawaban
Gelap tanpa pendaran cahaya
dimana pijar
yang merubah warna langit
dimana pijar yang menjadi penuntun jalan pulang
aku terpenjara berabad-abad
meratapi kepalsuan pil eksotan
JANGAN PERCAYA
kalau nanti kau temukan dia
lelaki tampan berwajah klimis
yang menjanjikan kepuasan tiada tara
hanya dengan menghisap lintingan ganja
jangan percaya
tinggalkan saja
lelaki itu adalah setan yang merubah wajah menjadi manusia
HIDUP SEKALI
hidup cuma sekali
kenapa kanvas sucinya
harus di warnai hanya dengan tinta hitam
jiwa disuramkan oleh sebutir debu
dan kita memandangnya
menangisinya
dan membunuh keberanian untuk hidup dan menantang kehidupan
hidup cuma sekali
kenapa kita harus mengisinya dengan pengahmbaan terhadap sebuah
pembangkangan
lalu ia memalingkan wajah kita dari sinar matahari
kearah kekelapan malam
yang menakutkan
Miras , narkoba dan perburuan pada kepuasan
lalu jiwa terjatuh pada reruntuhan tulang belulang
jadilah roh kita melayang-layang
mencari lentera atau pijar dikegelapan
hidup cuma sekali
maka ia harus tumbuh bersama bunga-bunga di musim semi
mewangikan zaman
bergerak dinamis dalam perubahan
SETIAP DETIK KEINDAHAN BERUBAH
parade awan yang berarak menantang pagi
putih
seperti jiwa seorang bayi yang lahir menyambutnya
dan bayangkan keindahan awan menjadi kuda-kuda perkasa mengantarmu ke negeri
sejuta bunga dan kita memetiknya.
gumpalan awan yang membawa kecantikan baru pada tiap sekon yang mengintip
langit senja yang menyala
warnanya dikirim kebumi dengan ikhlas tanpa curiga
ungu lautan
ungu puncak bukit
ungu daun-daun yang diam
ungu rerumputan
dan ungu kemesraan yang menjalar ditubuh kita
senja yang menaburkan keindahan berulang
suara zikir dari masjid tua
sayup-sayup memandikan gerah tubuhku di batas senja
menetesnya embun yang tiba-tiba
gelap yang kebiruan
pada langit malam, cinta ditulis dalam bahasa keindahan
bintang-bintang menawarkan kelip
BELAJAR DARI MATAHARI
jika pagi ini kau kian terpenjara
sempatkan waktumu memandang matahari yang kian tua
nyawanya adalah cinta
tak pernah lelah menyinari jagat raya
terang benderang
putih
keikhlasan yang menyinari
waktu dan peradaban
terang benderang
biarkan cahaya itu membakar jiwamu untuk bangkit dan
menulis catatan jiwa yang terpenjara
menjadi titik pesona kebesarannya
jika siang ini kau masih terpenjara
biarkan sinar matahari itu menembus terali besi
menembus tulang pepohonan
menyuntikkan warna bagi daun-daun
lalu kau nikmati keteduhannya
terang benderang
memancarkan kerinduan akan
ia pasti datang pada saat pagi memanggilnya
dan pergi berbaring pada
KENAPA KAU BERIKAN
Kenapa kau berikan setangkai kembang yang dulu mewangikan jagat
pada ruh dari kegelisahan
sekarang tangkai bunga itu telah menumbuhkan duri-duri yang memotong jalanan
menghapus jejak malaikat saat azan subuh berangkat pulang
sekarang daun -daun bunga itu
telah mengering
tertukar
sampah jalanan
terinjak
Kenapa kau berikan nafasmu terseret kebohongan
pelangi yang dilukiskan pada beratus batang jarum suntik
bong sabu
gelas-gelas minuman beralkohol tinggi
dan kini ia telah sesak terhimpit
bebatuan
tua
nafasmu menjadi cerobong asap kemakmuran semu
Kenapa kau berikan cita-citamu terbunuh
dan rohnya gentayangan mencari cita-cita pendek
menyesal
menangis
mengais sisa
sisa
1. SETETES EMBUN
Bunda
Kasihmu menjadi bulan ditengah malam yang gulita
kemesraan waktu terpancar dalam kata penuh cinta
memelukku ketika badai menghantam di luar jendela
dan hujan mengirim rindu seperti bunga -bunga yang tumbuh
sewaktu pagi menjemput
Bunda
Pada saat pagi dimusim kemarau tiba
debu-debu ditidurkan beribu tetes embun
tadi malam
seperti itulah beribu bahkan berjuta tetes embun membasahi
kekeringan jiwaku
tetesan embun dari kasih tiada tara
dari ikhlasmu
Bunda
kini aku terdampar disini
beratus hari dari kemesran kita yang di renggut narkoba
hatiku dicincang oleh mimpi akan damai tanpa kasih bunda
aku telah tertipu.
Bunda maafkan aku
esok jika kembali
aku janji untuk bersujud memohon ampun di kakimu
56. PAHLAWAN BANGSA 1 TON SABU
pada saat banyak banyak berita di koran
tentang kawannya menodai jalanan
dengan kebohongan
dengan kekerasan
dengan penipuan
dengan sejuta kedok kejahatan
seorang polisi
mengukir jalan dengan pengabdian
ia bertarung melawan kejahatan
membongkar kasus besar penyelundupan
berkarung – karung sabu yang mematikan
pada saat banyak banyak berita di koran
tentang kawannya yang terlibat kasus
pemerasan
Ia justru telah berjuang
Menyelamatakan generasi dari kehancuran
Akibat narkoba yang mengerikan
Pada saat
2. KEPADA POLISI DAN SATU TON SABU
Pinggiran Jakarta 2006.
Inilah puisi untuk mu
Seorang polisi penemu
Satu ton lebih sabu-sabu
Sebagai bunga sejuta warna ditengah kebusukan
Sebagai penghormatan bagi keberanian di tengah kepengecutan
Sebagai penghargan bagi ketulusan di antara kepalsuan
Sebagai rasa terima kasih bagi kesungguhan ditengah ketidak jujuran
yang muncul bersama hari-hari yang suram
inilah puisi
bagi polisi penyelamat beratus-ratus generasi bangsa
yang terancam kepunahan oleh penghianatan
yang terancam kehancuran oleh kerakusan
yang terancam musna oleh nafsu untuk hidup seribu tahun
inilah puisi
bagi polisi pemberani
3. BONG
Mereka saja yang butuh bantuanmu
Orang - orang sial yang menyandarkan hidup pada tafsir semu tentang kedamaian
Mengganti kehangatan secangkir kopi pagi dengan ketinggian khayal yang menyakiti waktu
Gundah gulana perjalanan peradaban
Dibisikinya gairah generasi agar tumbuh dalam penindasan zaman
Jika hidup membutuhkanmu
Maka setapak - setapak
Langkah manusia kembali keabad – abad yang gelap
Sebelum kelahiran sang Nabi merubah wajah dunia
Padahal zaman membutuhkan kecerdasan
Padahal zaman membutuhkan kearifan
Padahal zaman membutuhkan keteladanan
Padahal zaman membutuhkan perubahan
Padahal zaman membutuhkan kebijaksanaan
Padahal zaman tidak membutuhkan mu
Bong
Kenapa kau bukan buah gelas
Yang dibutuhkan insan ketika dahaga
4. ENGKAU HARUS BERANI
Atas nama beribu rasa sakit yang mengancam cinta
Engkau harus berani menepis debu
yang menepel di wajahnya
apakah debu itu bernama ekstasi, daun ganja
dan segala macamnya
yang telah membunuh jutaan ummat manusia
dan saat ini mengintai generasi kita
Genggam erat bendera itu
dan tancaplah diatas bukit bukit batu
kepalkan tinjumu dan berteriakklah dengan lantang
bahwa engaku pemuda pemberani
yang pasti sanggup berkata
tidak
untuk bujuk rayunya
inilah jalan lurus menuju taman-taman wangi
tempat di tumbuhkannya kembang mawar dan
bunga matahari
ketika sore akan tiba
letakan lelahmu
dan biarkan kaki mu melangkahi kesunyiannya
karena hari yang kian tua.
Engaku harus berani
5. MASA MUDA
Masa muda
Api yang menyala
Ia mampu menerangi kegelapan malam gulita.
Tempat di mulainya perjalanan
Mendaki tangga perjuangan
Satu - persatu lalu sampai akhirnya di bukit kemenangan
Masa Muda
Menjadi arena pergulatan citra
Kalah menang berproses dalam didikan waktu
Peluh adalah sahabat
Keletihan adalah obat
Lalu karya menjadi buah yang manis bagi seorang gadis
Masa muda
Menjadi sebuah pedang yang terhunus
Menantang setiap aral
Menakuti kesombongan
Luka menjadi goresan tanda kegagahan
Masa Muda
Himpunan doa dan keyakinan
Akan esok yang indah untuk kau genggam
Jangan biarkan berlalu dengan kenangan
Akan tangisan kematian seorang pemuda
Yang over dosis oleh Narkoba
Kalau nanti
6. KENAPA TIDAK UNTUK PRESTASI
Ada inspirasi di otak mu
Ia bisa kau ubah menjadi sebuah lukisan cantik puteri mandalika
Dengan tubuh seksi dan buah dada yang menantang
Atau kenggunan bukit Rinjani
Gerakkan tangannmu menggoresi kanvas, habiskan detak waktu yang terus berkejaran dengan nafasmu . jangan biarkan inspirasi terpenjara dalam kelemahan
Ada kreasi di otak mu
Ia bisa kau gunakan menggubah lagu cinta untuk kau persembahkan bagi teman terdekat dalam hatimu. Atau untuk kau selingkuhi pacar sang teman
Sah saja sebelum ia menjadi pasangan hidupnya
Ada imajinasi di otak mu
Liar dan tak terbendung. Ia adalah cermin kegilaan masa muda
Jangan biarkan ia terkotori mimpi buruk kaum hedonis
Pemuasan hawa nafsu tiada kendali
Pada akhirnya menjadi nyeri tak berkesudahan.
Ada segalanya di otakmu
Kenapa tindak untuk prestasi
7. HANYA TUHAN PENOLONG UTAMA BUKAN NARKOBA
Aku juga pernah di tinggal kesasih
menangisi kemalangan
terjebak dalam kebuntuan
terperosok dalam lubang kebingungan
termakan oleh garangnya kebencian
terasa hidup untuk kesedihan
Kurasakan langit mengitamkan sunyi tanpa tawa. Rasa di cat suram dari catatan dingin tanpa ruang kehangatan. Sosok apa yang ikut memburu jejak kaki yang kalah. Aku ketakutan untuk hidup lebih lama. Bumi menjadi neraka yang dipinjamkan bagi hatiku.
Aku juga pernah dihianati kawan
Bungaku tercuri dari pot cantik di halaman
Terbunuh nafas yang menempel di dedaunan
Tercerai berai asa yang terajut di pelaminan
Lalu seorang kawan datang menawarkan tawa bagi kemuraman. Dengan narkoba katanya tawa berkekalan. Setenggak arak, selinting ganja atau sebutir koplo pasti menuntaskan kekalahan. Katanya aku akan lahir sebagai manusia baru di tengah kehidupan.
Dengan tawa aku menolaknya. Kukatakan bahwa narkoba bukan penolong utama
Sujudku pasti sampai pada-Nya
Ia pasti mengganti segala yang hilang
Ia pasti tau apa yang kubutuhkan.
Bukan narkoba
PACARKU BANDAR NARKOBA
kita putus saja
daripada hidup menikam cinta yang kurajut
sebab kawanmu adalah belati tajam mengkilat
setiap detik mengancam
lalu pada saatnya menguliti hidup dan harapan
harapan kita
aku terlelap dalam rumah janji kita
tentang seribu hektar taman bunga
tempat kumbang-kumbang menari
kupu-kupu putih mencumbu putik mawar
lalu wanginya menyeberangi sungai-sungai waktu
kita putus saja
sementara kau kencani mayat-mayat yang terlempar kedalam hidupmu
tak ada biru langitku
ADIKKU PECANDU NARKOBA
disinilah rumah itu
bilik kecil yang mengerti kekalahanmu
maka pulanglah
dan kita gelar sajadah itu
untuk pergi kelangit
sejauh mana nafasmu mengembara
bilik sunyi itu menanti tabahmu seperti pohon-pohon yang kekar
dzikirku
dzikir pelabuhan segala tawa
dzikir pelabuhan samudera darah dan kegelapan
dzikir gerimis pagi
maka jika kau pulang esok pagi
tunggulah ketika adzan subuh memanggilmu
dan lemaprkan selimut kumal itu
Adikku ............................
disinilah rumahmu
dimana ayah dan ibu menanti jejakmu
dengan doa dan air mata.
ISTRIKU PENDERITA AIDS
Istriku ...............
Sungguh malang nasib bayi kita
yang tak mengerti apa apa
dulu kita menabung prahara
noda
jelaga
dan dia korbannya
Isteriku ................
dari kecerobahan semuanya berawal
kita coba segala keindahan
berlayar mengarungi samudera kesenangan
mandi disungai madu
kefanaan
sampai kita tersungkur dipintu kekalahan
kini sisanya adalah kepedihan yang mengancam bayi kecil kita
Isteriku ..............
Carilah setitik cahaya pengampunan
jangan kesalahan itu
membebankan bayi kecil kita
Tidak untuk malam tanpa sujudku
Tidak untuk senja tanpa tasbihku
Tidak untuk subuh tanpa zikirku
Tdak untuk sampai pada jejak nafas yang terbuang berhamburan
KEMBALILAH KAWAN
aku masih disini kawan
melukis sisa gambar mimpi dari masa kecil kita
engkau jadi seorang pelaut yang menyeberangi samudera
singgah di dermaga beratus negara
lalu pulang dengan pakaian nahkoda
kaca mata hitam
sementara pacarmu Linda menunggu dengan riang
lalu tak lama berselang
akupun pulang dengan pakaian penerbang
jika memungkinkan
pesawatnya aku parkir di lapangan desa kita
aku masih disini kawan
mengeja kembali mimpi masa kecil itu
pohon pelindung yang kita tanam di tepi jalan
sekarang sudah besar dan tinggi
menunggu kepulangan kapal-kapal kita berlabuh
aku masih disini kawan
kudengar kau sudah di tahan pihak kepolisian
tersandung kasus pil eksotan
aku masih disini kawan
memandangi langit cita kita yang tinggi sambil
tertawa
karena cita kita tak jua tergapai
aku masih disini kawan
menunggu canda kita tentang embun dan perawan
aku sesalkan
engkau kalah menantang hari
PADA DINDING KEKALAHAN
bersandar didinding waktu
engkau menatap langit yang kelam
sepi tiada daya
jiwa meninggalkan kampung-kampung seribu bunga
canda anak pelangi
ketika senja mengarak jingga
bersandar didinding waktu
menggulung mimpi yang sia-sia
hangus
gosong
gelap menghitam
hanya rasa sesal yang tersisa
langkah memberat menggapai
bias matahari
bersandar didinding waktu
menunggu saat saat kekalahan baru
muncul mencincang
jiwa yang melemah
aku kalah
TERTIPU
pertama kau datang
jasadmu
seperti lingkaran cahaya yang memandu kegelisahan
aku menanam mimpi berhari-hari
menikahi keindahan bersamamu
Saat galau mengancam setiap detik
kaulah malaikat cinta
memeluk
mendekap
mengusir dingin yang bekukan langit
tak ada nafas tanpa tanpa desau anginmu
yang datang mengincar jejak kakiku
Tak ada ruang tanpa sombongmu
terbang kelangit tinggi
berayun
menari-nari di awan biru
Sampai pada ketinggian atmosfir mimpi
aku terjatuh
tersungkur bersama darah yang gelap menghitam
nafasku menjadi apoi yang membakar persendian
kali ini aku tersadar
engkau menipuku.
ZAMAN BARU
katanya aku ini orang bodoh
hanya karena gak mau ikut minum dan teler di tepi jalanan
lalu teriak teriak kesetanan
seperti pahlawan yang gagah berani
menantang orang- orang yang lewat
sambil terbahak-bahak
katanya aku ini sinting
hanya karena gak mau ditraktir disko
dan konsumsi ekstasi
mereka bilang ....
oww begitu dahsyat
tidak pernah ngantuk dan kita bisa pulang dini hari
katanya aku ini kuno
saat menolak diajak
menusuk-nusuk tubuh dengan jarum suntik
yang bikin dunia ini menjadi sorga
sorga dunia
katanya aku ini kuper dan tidak setia kawan
saat menampik tawaran
seorang kawan untuk nimbrung menghisap ganja
dan paly bersama
katanya aku ini tidak toleran
saat sebagin besar kawan harus mengumpulkan uap
di bong
lalu terbang bersama kelangit tingi
katanya ini zaman baru
kita harus ikuti mode dan tren yang berkembang
tidak peduli trend itu
menghancurkan generasi
katanya aku ini gila
saat menolak segepok uang hanya untuk menjadi
kurir narkoba yang tak punya resiko apa-apa
akhirnya kukatakan bahwa aku memang gila
karena kini sudah zamannya
yang berbuat baik dianggap gila
orang waras dianggap gokil
SURAT DARI PENJARA
Slamat malam.
kawan ...... jangan lanjutkan jejak hitam kita
hanya membuang sisa hidup saja
sejak kakiku tertembus peluru aparat
luka hidup kian memberat
maafkan aku kawan
sudah kulaporkan jaringan gelap kita
untuk dilacak polisi dan aparat lainya.
semata karena keinginanku agar kita pulang bersama ke dalam hidup kita yang sesungguhnya
kawan disini aku mulai merasakan kebebasan
bebas dari jeratan narkoba dan kebodohan kawan-kawan kita
aku kian mengerti bahwa narkoba awal kekalahan kita
kumandikan mimpi dengan dzikir
dan menyelupkannya kedalam samudera luas
bernama
" Hidup tanpa narkoba "
Kawan
kuyakin ini pilihan
kalau besok kita berjumpa
aku sudah tak lagi menemanimu
di rumah kosong itu
Temui aku di Fitness center
atau Mushalla kecil depan lapangan
Kawan mu yang terbebas
dipenjara.
TENTANG SEBUAH PEDANG
kutunjukkan padamu sebuah pedang
yang bisa menikam pemberontakan dalam jiwamu
pedang perkasa
tiada tanding
dan lawan
kilatan cahayanya mampu menerangi lorong gelap
dan senja tertinggal mega
maka jika kau mau
ambilllah pedang ini
lalu bawalah ke dalam cinta jiwamu
ia akan menjadi melati wangi yang mengantar peti jenzahmu
keliang lahat.
ku serahkan padamu sebuah pedang
PADA AKHIR SEBUAH PEPERANGAN
hari ini pedang-pedang kita
telah membunuh ratusan nyawa
darah telah tercecer dan sisa luka dibawa
pulang mereka yang terkalahkan
hari ini bunga penghormatan dikalungkan di leher kita
orang -orang menyambut dengan suka cita
menunduk dan memberi hormat
pada kepahlawanan
yang kita miliki
hari ini pedang - pedang kita
pulang kesarung sebab musuh musuh telah terkapar
terpisah dengan nyawa
hari ini kita mulai peprangan baru
yang panas dan seru
yang dahsyt memburu
inilah perang melawan sepasukan nafsu
yang menggerakkan sel-sel untuk menhitamkan nafas manusia
hari ini kita mulai peperangan baru
yang lebih kejam dan menakutkan
dimana hawa nafsu mengantarkan manusia untuk sampai dipintu
neraka
ANTARA MALAIKAT DAN SETAN
antara malam dan siang aku bersujud di indah magrib
memandangi ungu yang bertebaran di muka telaga
suara suara
terbenam dalm zikir seluruh bumi
malaikat memandangi ku dari cermin yang kusam
antara siang dan mlam aku mengecup subuih
kebeningan embun menyejukkan malam yang pergi
tasbihnya tertinggal diruang hampa
kehidupan
antara hitam dan putih aku goreskan warna baru
di batas keduanya
men
warna yang memikat
AKU TAK SEPERTI DULU LAGI
aku telah bangkit dari kekalahna
yang memukul-mukul lonceng waktu
sampai berdarah
pecahlah gendang telinga
tuli
hilang suara
aku telah bangkit dari mimpi panjang
menghantar aku di batas ajal
sebelum kukemasi rencana pernikahan malaikat di ketinggian awan
aku belajar menyanyi
aku belajar mengepak sayap kembali
aku belajar mengalahkan diri yang sombong
aku kini telah bangkit dari khayalan tentang bulan dan langit merah
waktu kau kibarkan bendera biru di bukit surga
tentang berhektar - hektar ladang ganja
yang bakal bikin kita kaya
aku telah bangkit dari kebohongan
bohong pada nurani yang mengingini kesungguhan
meletakkan kesejatian dari damai dan ketenangan
damai dalm pelukan waktu yang tenang
sujud yang terpelihara dari godaan
aku telah bangkit dari kekalahan
menanam pohon-pohon mahoni di jalanan yang masih panjang
lupakan tentang pengembaran sia-sia
bersama narkoba dan setan
aku kini telah bangkit
tak seperti dulu lagi
TRANSAKSI
di kegelapan malam
aku tnjukkan sebuah senapan, seribu butir peluru tajam dan rasa takut yang mencekam
kita transaksikan bisa ular
sambil menunggu
kematian sejuta nyawa kaum muda
kau berikan padakau setumpuk tengkorak
dan kutukar dengan bisa ular
yang dipiara disebagian negeri kita
lewat desir angin yang mengirim asap kemenyan
maka tubuhku dinyalkan seperti lilin yng pelahan habis
mengiringi perjalannan sekon
dikegelapan malam mestinya
rasa takut tergantikan tawa sejuta makna
harapan akan nyawa yang pergi menjemput mimpi alam barzakh
lalu kau dan aku kembali ke cinta-Nya
menghukum Indonesia
malam ini
JURANG TENGKORAK
sudah banyak yang terjatuh disitu
tubuhnya hancur bersama mimpi yang sia-sia
darahnya membusuk dan lebur berulat
lalu namanya ditulis pada nisan yang sia-sia
sudah banyak yang terjatuh disitu tanpa ada yang menghiba
sebab orang orang telah mengubur cinta untuknya
meski jasadnya mengering atau
ataupun saai ia kesakitan menahan nyeri
sudah banyak yang terjatuh sia-sia disitu
hanya karena ingin membuktikan cinta pada kumbang jantan
yang sudah bosan mengecap manis sari bunga
jatuh dan terkubur bersama pembuktian rasa cintanya
yang cengeng
sudah banyak yang terjatuh disitu
hany karena ingin mengukur kedalaman jurang
lalu berlama-lama memandangi kedalaman
sambil berkhayal mengpak sayap
terbang pelan dan jatuh
sudah banyak yang jatuh disitu
karena tipuan oase yang menampakkan telaga
harapan bagi pelepasan sejuta dahaga membuatnya
melompat kedasar jurang
bersama sayap gelap kelelawar
anak-anak setan tertawa
menghisap darahnya
sudah banyak yang jatuh disitu
dijurang hitam narkoba
tak banyak kaum muda yang belajar darinya
SESOSOK MAYAT
Diruang isolasi tubuhnya terbujur
menerawang
menghitung hari-hari yang lewat bersama kepedihan
yang menikam
membaca hitam jalanan yang panjang lalu ujungnya
kebisuan langit yang terantuk
HIV AIDS
kenapa tulang tak jadi besi
kenapa nafas tak henti diawal kekalahan jiwa
kenapa tangis meleleh ketika tangan telah terbelenggu
Dikamar mayat sekon berakhir
detak waktu tak terhitung
cita telah sia-sia dan membusuk di tong-tong sampah
mayat itu entah lelaki entah perempuan
orang - orang mencibiri masa lalu yang di bawanya
cinta sudah hilang kemana
tak satupun yang mengakui keluarganya
Dipekuburan umum pohon-pohon enggan menatapnya
mungkin dikira virus bakl jadi bencana
sungguh ia mati terhina
tanah pun ragu menereima kematiannya
Di alam sana
Sesosok mayat entah bagaimana
PADA SEBUAH GOT
Aku temukan mayatmu legam dilumuri gelap lumpur
Mayat yang bercerita soal mimpimu yang tertampar
Kau jadikan jasadmu peluru dan hidup ini
Dilukisi gelisah tanpa kata
Tanganmu yang dulu sebutir batu mengepal
Kini bernanah
Oleh luka yang kau pelihara berabad lamanya
Pada sebuah got berbau
Kutemukan mayatmu sahabatku
Yang membunuh cinta dan gagasan-gagasan baru
Yang menggorok khayal dan mimpi besar kita adalah kegelapan
Yang mengikuti jejak zaman
Ia berubah sesuai musimnya
Narkotika nama besarnya
Pada sebuah got bau
Aku masih mengenalmu sahabat
Pulanglah
Kuantar kau sampai batas pertemuan kita
Dan pertemanan mengantar cinta yang tak habis
Pada sebuah got berbau
Kenapa mesti disitu
SETETES EMBUN
pagi sekali
embun di kirim ketangan kecil yang terangkat memanjat doa
sejuknya
meresap kedasar laut
akar-akar pohon dan sunyi daun-daun di hutan pagi
maka bagi dahaga jiwamu
setetes embun adalah penawarnya
sebab ia diteteskan dari piala kesyukuran pada
hidup
yang bertabur intan
dimana cinta-nya
menafikan borok dan luka di tubuhmu
setetes embun adalah
kebeningan yang mengantar nafasmu kelangit biru
dan kening
bersujud
menghitung pengakuan hamba yang lemah
Setetes embun
Setetes embun saja
Jakarta Pagi Nov 2006
58. SESOSOK MAYAT
Diruang isolasi tubuhnya terbujur
menerawang
menghitung hari-hari yang lewat bersama kepedihan
yang menikam
membaca hitam jalanan yang panjang lalu ujungnya
kebisuan langit yang terantuk
HIV AIDS
kenapa tulang tak jadi besi
kenapa nafas tak henti diawal kekalahan jiwa
kenapa tangis meleleh ketika tangan telah terbelenggu
Dikamar mayat sekon berakhir
detak waktu tak terhitung
cita telah sia-sia dan membusuk di tong-tong sampah
mayat itu entah lelaki entah perempuan
orang - orang mencibiri masa lalu yang di bawanya
cinta sudah hilang kemana
tak satupun yang mengakui keluarganya
Dipekuburan umum pohon-pohon enggan menatapnya
mungkin dikira virus bakl jadi bencana
sungguh ia mati terhina
tanah pun ragu menereima kematiannya
Di alam sana
Sesosok mayat entah bagaimana
TRAGEDI TAHUN BARU.
lihatlah kawan kita
matanya kuyu dan tak banyak bicara
sudah tiga hari dia diam saja
sejak bertahun baru dengan tiga orang temannya
Konon ia ikut pesta narkoba sejak sore sampai pagi tiba
kini ia hanya diam saja
saat ditemukan ia seperti sudah tak bernyawa
dari mulutnya keluar busa
tubunya kaku tak berdaya
di trotoar itu orang menemukannya
tergeletak sendiri ditinggal kawannya
seperti gepeng dan tuna wisma
padahal ia anak orang kaya
Sekarang ia seperti orang gila
bicara sendiri tak ngerti arahnya
kadang menangis dan tertawa
tangannya mengusap linangan air mata.
lihatlah kawan kita
yang suka bergaul dengan pecandu narkoba
harinya hancur asa tiada
Gemerlap lampu malam di matamu
aku tatap matamu
kusaksikan beribu lampu malam
kelap kelip gemerlap
nyala yang memanas sampai dalam tulang-tulangmu
lebih dalam kutatap matamu
aku terkejut
siapa yang menanam impian sesaat di kebun-kebun nasibmu
lalu pohon-pohon kekar
belukar garang dari semangat yang membaja
kau ganti
jarum suntik
gelegak bir, hingar bingar dan celoteh nakal
aku tatap matamu
terpesona oleh darah yang mengalir deras menuju goa-goa gelap
tak henti mencari warna
menerobos
kenapa tak kau seret nafasnya
kelangit biru hitam keabadian
menggelegak dalam sunyi sujud
hamba terpilih
Janji setia anak merpati
Seorang lelaki
Berjanji untuk setia pada perempuannya
Seorang calon pengabdi bangsa
Berjanji setia untuk melayani rakyatnya
Seorang Calon legislatif bahkan bersumpah
Untuk setia pada rakyat yang dipilihnya
Seorang calon Bupati berjanji
Sana sini bahwa nanti ia akan berjuang untuk kemakmuran
Wilayah yang di pimpinnya
Janji janji
Tepati tepati
Janji janji memang susah untuk ditepati
Janji jani
Ingkari ingkari
Seorang teman bilang bahwa janji di buat untuk di ingkari
Seorang lelaki
Yang tak berbakat jadi politisi, polisi atau pejabat prustrasi
Tengah berjanji pada diri sendiri
Untuk tak terseret modernisasi
Yang basi
Dan tak sayang pada tubuh sendiri
Seorang lelaki muda
Di ledek zaman dan kawannya yang gila
hanya karena ia berjanji pada hidupnya
Untuk tidak mencatat noda
Ikut-ikutan mengkonsumsi narkoba
Biar keren atau coba coba
Gelap Hitam
Langit hitam tanpa matahari
pohon-pohon berubah warna
laut dilukisi
gelap
aku bertanya bagaimana warna daun
hujan sore dan anak merpati dalam kegelapan
tak ada yang mampu menebak
sebab gelap adalah keabadian warna tanpa pijaran matahari
lalu hatimu sama saja dengan bumi
jika kehilangan cahaya
sisi cinta digelapkan
tunggulah hitam menggerogoti
lalu hidup ingin kau sudahi
dengan hayal dan mimpi yang tinggi
hatimu gelap dan mati
.
hatimu sama saja dengan bumi
jika tak ada cahaya imani
sudah pasti citamu kau ingkari
didepan pintu kau berdiri
kehilangan kunci
gelap tak terhalangi.
Perkawanan tanpa Narkoba
Kawan setia
Pasti berjanji untuk menjaga
Cinta
Dan persahabatan yang tulus sempurna
Pagi mengingatkan ku pada embun dan setangakai bunga
Yang kita petik di halaman sekolah kita
Lalu seperti kita punya sayap saja
Kau ajak aku menaklukan puncak Rinjani yang perkasa
Tertawa
Mencari jejak sahabat kita
Yang pergi diawal musim cinta
Kawan setia
Kau selalu bercerita tentang betapa bahaya dari narkoba
Mencincang tubuh dan jiwa manusia
Luka tiada tara
Kini engkau entah dimana
Setiamu kutulis diatas batu-batu tua
Peninggalan para raja yang setia pada rakyatnya
Kawan setia
Memang tak pernah menjerumuskan kita
Menjadi sampah atau sepatu tua
Seratus Tahun Sekejap Mata
Tak sampai sekejap mata
Hidupku singgah disini.memintal cinta dari rasa yang dalam. Lalu sisanya hidup di mulai dari gerbang tua bernama kematian.Sebagai ungkapan pembuktian dari janji akan kebenaran, dan pembalasan
Maka tak cukup waktu
Untuk menghitung gelap lalu kusampai pada batas keabadian
Tak sampai sekejap mata
Lalaiku menjadi beban yang menjerumuskan,
hidup hanya tinggal sisa
terombang – ambing dalam samudera
nafsu
memburu
terpacu
tersengal
berhenti
Tak sampai sekejap mata
Nafasku bersandar di dermaga
Pelayaran panjang dialam sana
Memaksa darahku beredar dilangit malam
Menangkap bintang-bintang
bermesraan dengan dingin selimut rembulan
Tak sampai sekejap mata
Memaksa aku meminjam sayap rajawali
Meminum gelombang laut
Dan menye
Sial
Padahal Cuma sekali saja
Aku cicipin yang namanya narkoba
waktu itu diajak kawan lama
disaat ulang tahun pacarnya
tapi itulah awal semua bencana
malam hari saat semua berpesta
agen polisi datang tanpa disangka
kami semua diperiksa
sialnya
barang itu kuselip disaku celana
saat di beri untuk kucoba
Padahal Cuma sekali saja
Aku cicipin yang namanya narkoba
Ternyata itulah tiket aku kepenjara
Memulai hari tanpa cerita
Dan tawa canda
Diujung awal pagi dan ujung senja
Padahal Cuma sekali saja
Aku cicipin yang namanya narkoba
Katanya untuk bertenggang rasa
Pada kawan yang jadi pengguna
Mabuk dan terbang bersama
Sekarang aku dipenjara
Pengakuan
Aku terpaksa menjaja narkoba
Demi dua anak tercinta
Ayahnya telah pergi .........
Tertembus peluru dini hari
Darahnya menjadi kelam yang tak berhenti
Polisi memburunya
Ia tertuduh sebagai bandar narkoba
Yang menjadi ancaman bagi ribuan siswa
Berjuta kaum muda
Yang gampang percaya akan tipuan sia-sia
Dari hidup yang fana
Aku terpaksa menjajakan narkoba
Demi membesarkan dua anak tercinta
Ayahnya telah pergi .......
LONCENG TRAUMA
Setiap lonceng berdentang
Mulailah jantungku berdetak keras
Dan rasa takut bergerak dalam aliran darah
Bayangan tentang lonceng penjara
Tirani penyiksa jiwa dan hilangnya kebebasan
berkawan dengan pembunuh
berteman dengan residivis
bersahabat dengan koruptor
dan bersaudara dengan sipir penjara
letih, lelah
kisahku berawal dari coba-coba.
di ajak kawan mencicip narkoba
Tak perlu keluar uang segala, yang penting kumau nemaninya
Lama-lama, aku jadi kecanduan juga
Seringnya Cuma bisa minta
Lalu akhirnya aku jadi pengedar narkoba
Dan tertangkap jua
berbulan-bulan di penjara
hanya sakit teman setia.
Aku terhina
Sekarang aku telah bebas diluar penjara
Lonceng penjara membuatku trauma
Setiap lonceng berdentang
Mulailah jantungku berdetak keras
Dan rasa takut bergerak dalam aliran darah
Serasa masih di dalam penjara.
Dari sisa pesta kembang api
KREASI YANG TERBUNUH
Engkaulah jiwa yang menjadi taman bunga
Ketika tanganmu menuliskan bahasa
Sejuta kreasi, ambisi, dan tebaran imajinasi berwarna biru
Putih dan merah muda
Bukalah dadamu
Engkau rasakan desir angin yang dikirim
Dari romantisme bulan di daun kilatan daun jambu
Desah rahasia pepohonan tua beribu waktu
Lalu taman mengirim wewangi ke batas kelahiran pagi
Terik siang dan merah senja
Tumbuhnya beratus bunga dari ruh setiamu
Tangan – tangan menuliskan kesaksian akan keindahan
Tapi aku menyesal saat wajahmu diolesi bunga kamboja
RACUN DARI DIAM
Diam
Menjadi api yang pelahan membakar tulang-tulangmu
Jiwa yang lara di terbangkan kelangit gelap
Dan jadilah kau seorang provokator, pengumpat dan penebar gosip
Diam
Meracuni angan-angan
Merusak sendi - sendi mimpi menjadi lukisan hantu disenja suram
Wajahnya jadi berubah menakutkan
Seram
Diam
Seperti bencana yang menghukum jiwa secara pelan
Mengantarnya kedalam kekalahan masa silam
Jika tak sadar
Dia juga menjadi akar sebuah tangisan, warna kecemasan, cerita kegundahan dan jasadmu terombang – ambing .
Diam
Gantikan ia dengan semangat matahari
Peluhmu adalah piasau bagi diam
Dan kegundahan
HANYA DENGAN KERJA KERAS.
Hanya dengan kerja keras
Orang-orang jepang yang hampir punah dihancurkan bom
Bisa bangkit dan menjadi terdepan dalam pengembangan Iptek
Hanya dengan memeras otak
Seorang penulis bisa menghasilkan feature, Essay, dan karya sastra
Yang bisa menginspirasi orang lain
Hanya dengan memeras kemampuan
Seorang Arsitek bisa menghasilkan sebuah bangunan megah dan tinggi
Lalu bisa berguna bagi orang lain
Hanya dengan berfikir keras
Seorang Perancang Mode Bisa menciptakan desain busana
Yang indah lalu kau kenakan dengan nyaman dan mempesona
Hanya dengan mengasah imajinasi yang intens
Seorang pencipta lagu akan bisa bisa melahirkan sejuta nada mempesona
Dan lalu kau nikmati
Hanya dengan memeras keringat dan otak
Seorang perancang tari
Bisa mencipta tari nan indah, yang mempercantik irama
Hanya dengan keinginan dan keberanian
Seorang pencari lebah madu mengembara di tengah belantara
Lalu kita bisa mengecap betapa manis setetes madu
Tak satupun karya tercipta
Hanya dengan berhayal dan bermimpi di pembaringan
Tak satupun
TERASING
Sudah lama ia terbang ke alam gelap
Terasing dari bumi tempat bulan memandikan impian
Malam-malam dilukisi cahaya cinta seribu satu malam
Sebab hati memandang jernih pada kehadiran waktu
Bunga
Kupu-kupu di ranah pagi
Dan kehangatan sore diperaduan matahari
Dia terasing sejak
Beratus hari di lukisi keletihan
Tangan – tangan mungil ingin menggapai seribu bidadari tanpa peluh tanpa air mata dan gairah yang merah
Terasing dari dunia yang berayun-ayun menafasi pohon-pepohon
Daun-dedaun
Batu –bebatu
Kuat mendorong hawa yang putih
Sudah sejak lama ia terasing
Sejak hidupnya dipalingkan kedalam ruh kematian
Pelahan
Meninggalkan sebumi yang luas kedalam sebuah ruang sempit kosong dan pengap
Terasing dai tawa canda kawan sebaya
Menghitung butiran pasir tanpa daya
Terjerat lingkar narkoba
PISTOL TERCEBUR LUMPUR
Akhir kehidupan seorang polisi
Sungguh tragis dan menyayat hati
Mayatnya beku
Mulut berbusa
Jasadnya terkapar di sebuah hotel ternama
Over dosis jadi penyebabnya
Aku bayangkan sebuah kegagahberanian
Memandu langkah, membagi damai
Mengayomi dengan cinta
dengan pistol dipinggangnya
Tapi malang jadinya
Sang polisi dan pistolnya
Tercebur lumpur narkoba
Contoh apa yang diberikannya
Bagi generasi dan masa depan bangsa
ARTIS DAN NARKOBA
Kerja malam dan siang
dikejar jam tayang
Dituntut tampil fresh dan tak pernah kusut
Kau butuh energi ekstra untuk itu semua
Seorang kawan mengajakmu mencoba narkoba
Lalu dimulailah hari hari panjang
Musim-musim yang mengantarmu kedalam energi semu
Sekarang semua sudah berubah teman
Kawan yang lain sudah dipenjara
Lalu hidupmu tak lagi lepas dari jeratnya
Menunggu hari-hari ajaib
Saat kembalinya waktu
Dimana hidupmu bergetar
Mewangikan bumi
Sekarang semua sudah berubah teman
Orang mengenalmu sebagai artis yang terjerat narkoba
Kau butuh segudang uang untuk membeli barang haram itu
Sedang energi jasadmu kian habis
Kering
Kerontang
Kau telah mengubahnya
Ketenaran dan harta yang berlimpah
Mengantarmu jadi pengguna
Mengubah hidupmu jadi tersia
NARKOBA MENGANCAM GENERASI
Ooooh Generasi
Ditanganmu ada berjuta mimpi membangun negri
Meraih prestasi
Menaklukan waktu dengan rasa percaya tinggi
Kita menangkan semua kompetisi
Ooooh generasi
Dengan kebanggaan bunda pertiwi
Dengan cinta pejuang sejati
Kuingin kau buka rantai tirani
Dari bangsa-bangsa yang tak bosan menjajajah bumi ini
Dengan hutang dan janji janji
Ooooh generasi
Hanya baktimu yang menjadi sakti
Menjadi nyala dari pijaran api
Getarkan negeri
Gerakkan gelombang samudera dalam hatimu
gerbang
DAMPAK NARKOBA PENYIMPANGAN SOSIAL
MENGGANGGU LINGKUNGAN
BEBAN SOSIAL LINGKUNGAN DAN KELUARGA
HANCURNYA MASA DEPAN
Orang – orang mengatakan langit kian membiru
Katamu langit masih memerah
Lalu kau teriak ”langit merah ! langit merah !
Kata orang engakau membiru
Kamis, 18 Juni 2009
Bis pertama di Terminal Mandalika
Bis pertama di Terminal Mandalika
Pada kursi terakhir
Aku menulis laut berombak
Pacar setia
Gincu merah muda
Bunga wangi dan
Segelas softdrink
Coretan pertama aku mulai dari celah pintu
Yang gelap. Tempat muasal pernafasan bulan.
Lalu kuasku menari –nari menyapu bibir pantai
Kembang putih diatas batu
Wangi
Benci
Bis berangkat dan aku tak ingat
Percakapan di terminal
Kuasku patah
Dipertengahan jalan
1997
Pada kursi terakhir
Aku menulis laut berombak
Pacar setia
Gincu merah muda
Bunga wangi dan
Segelas softdrink
Coretan pertama aku mulai dari celah pintu
Yang gelap. Tempat muasal pernafasan bulan.
Lalu kuasku menari –nari menyapu bibir pantai
Kembang putih diatas batu
Wangi
Benci
Bis berangkat dan aku tak ingat
Percakapan di terminal
Kuasku patah
Dipertengahan jalan
1997
PREMANISME DAN PARIWISATA NTB
Sewaktu kecil, saya pernah dimarahi preman pasar Cakrangara. Pasalnya, saya berteriak sambil menunjuk kearah penjual “ jadi-jadian “ yang saya tahu tengah menipu pembeli. Mereka melakukan transaksi jual beli dengan cara berbeda dari penjual lain. Di depan pembeli seolah ada tumpukan baju, arloji, serta pernak-pernik lain yang kalo di hitung harga penawarannya sangat murah dan tidak masuk akal. Saya penasaran dan sengaja berdiri di belakang penjual tersebut. Ternyata setelah tansaksi penawaran “ jadi “ , barang – barang tersebut langsung berkurang ketika tangan penjual mengambil tas. Tinggallah apa yang terlihat di luar. Saya melihat kejadian itu dan berteriak, “ pak jangan di beli “ !. Tiba-tiba seluruh mata memandangi . Saya baru sadar kalo sebagian besar dari orang yang berkerumun tersebut adalah kawanan mereka. Biasanya untuk memancing kerumunan orang mereka berkumpul, diantaranya ada juga yang membayar tanda “ jadi “ pada penjual yang ternyata kawan mereka juga. Salah seorang preman menarik tangan saya menuju pojok pasar Cakranegara. Menggertak .Saya pun berlalu dengan ketakutan.Itu dulu di tahun 80-an. Sekarang para preman memiliki cara yang lebih canggih dan modern sesuai zaman. Terakhir saya sering bertemu dengan mereka yang sengaja minta pertolongan kepada korban yang sudah diperkirakan memiliki banyak uang. Biasa nya mereka berdiri didepan Toko-toko di pasar Mandalika. Salah seorang dari mereka akan mendekati korban sambil minta tolong. Dengan mengaku berasal dari wilayah Bayan atau Sekotong yang kecopetan, korban akan merasa kasihan. Apalagi ditambah “ aksesoris “ bekas luka karena di keroyok kawanan copet. Jika korban sudah terlihat kasihan maka sang preman akan mengeluarkan semacam barang berharga untuk ditawarkan. Barang berharga itu berupa jam tangan berwarna emas yang katanya di beli di Mekkah atau barang lain. Kesempatan itu di manfatkan oleh kawanan preman untuk tampak turut kasihan dan banyak bertanya pada nya . Pada saat yang sama kawanan tersebut akan menganjurkan untuk memantu dan membayar barang yang katanya tinggal satu-satunya. Jika begitu korban akan mengeluarkan uang untuk membayarnya.Korban bertamabah.Memasuki wilayah Mataram, anda yang bukan berasal dari Mataram memang harus hati-hati dan waspada. Premanisme menunggu dan mengancam mulai saat anda turun di Terminal Mandalika. Saat turun anda akan diburu berpuluh orang yang berebut membantu barang bawaan. Mereka akan menawarkan ojek atau antar kemana saja anda mau. Kesempatan ini biasanya barang bawaan anda akan di rebut dan di bawa ke mobil-mobil disekitar terminal. Kalau kurang cermat barang bawaan anda bisa raib. Karena banyaknya orang yang mengerubuti anda, akan sulit untuk membedakan mana yang betul membantu atau yang tangannya gerayangan mencari dompet para penumpang yang lengah atau tak paham kondisi terminal. Sudah banyak cerita tentang kemalangan para korban di terminal mandalika. Teman saya pernah cerita tentang seorang pelancong yang begitu lama mengumpulkan uang untuk bisa datang ke Lombok. Pelancong ini tertarik karena Lombok yang terkenal dengan pulau “ Seribu Masjid “. Sialnya , ketika pertama kali menginjakkan kaki di Terminal Mandalika, dompetnya raib. Kesannya langsung berubah. Ternyata Lombok adalah pulau seribu ……Keganasan para preman ini memang sudah bukan rahasia lagi. Korban paling menggiurkan bagi mereka adalah para TKI yang pulang dari luar negeri. Para TKI yang pulang lewat pasar Terminal Mandalika akan diantar langsung ke rumanya. Mereka memiliki tarif yang tinggi. Saat mengantar mangsa, diatas mobil para preman akan minta macam-macam. Ada yang minta barang berharga, minta oleh-oleh atau menaikkan tarif. Tentunya dengan agak memaksa. Para preman ini biasanya bergabung dengan para sopir “kalong”. Mereka beraksi di malam hari. Diantara para premanpun terjadi rebutan penumpang. Antara sopir, kernet dan para preman TKI ini biasanya sudah ada kesepakatan untuk menjerat mangsa. Salah seorang kernet dari sopir “ kalong “ yang berasal dari kampong sebelah (Karang Parwa), ditemukan tewas di sekitar Pajang Mataram. Karena korban tewas adalah kernet “ kalong “ maka orang memprediksi kematiannya sebagai korban rebutan mangsa antar sesama preman.Dalam sebuah perjalanan ke Bogor, menemui kawan asal Lombok yang bekerja di sana , saya rada khawatir dengan keberadaan preman di terminal yang saya lalui. Dari Pondok Indah saya naik metro ke terminal Lebal Bulus. Karena khawatir di serbu preman, saat turun mobil saya diam sejenak sambil mengamati lingkungan. Ternyata tak seorang pun yang menanyai kemana tujuan saya atau menari-narik bawaan saya. Justru saya sendiri yang bertanya , dimana bis tujuan Bogor. Dengan sangat santunnya orang itu mengantar da menunjukkan mobil yang saya maksud. Tentunya saya sangat lega. Bagi sebagian orang yang pertama kali melakukan perjalanan perdana ke suatu tempat seperti saya, mungkin akan berfkir bahwa di Surabaya atau Jakarta pasti lebih ganas dan buruk. Awalnya saya berfikir begitu. Namun rasa khawatir itu sirna ketika saya sampai di kota Bogor yang sejuk . Preman terminal seperti di Mandalika ternyata tidak ada.Di Cakranegara, para preman yang melakukan penipuan justru berada tidak jauh dari pos Polisi. Dengan modus seperti orang tersesat, mereka menjerat mangsa dari orang asing yang jarang ke kota. Seperti preman lainnya di kota Mataram, biasanya kawanan ini tidak beroprasi sendiri. Salah seorang akan mendatangi mangsa sambil bertanya , dimana toko emas Tian Thai. Jika mangsa respon, penipu ini akan mengeluarkan emas palsu yang akan di jual di toko emas tersebut. Sambil berkeluh kesah kehabisan uang untuk pulang ke Bayan atau Selong Belanak, sang penipu akan minta di antar atau menawarkan emas palsunya unuk di bayar oleh korban. Pada saat yang sama gerombolan penipu itu akan ikut seolah membantu dan bertanya macam macam guna memancing rasa kasihan korban. Salah seorang akan membujuk agar korban membantu. Korban yang tidak sadar sedang di tipu past akan membayar emas palsu tersebut.Saya merasa heran dengan keberadaan mereka para penipu dan preman, yang nyata-nyata mengganggu ketertiban umum ini. Mereka sangat leluasa melakukan penipuan dengan modus macam-macam. Sepertinya di Mataram ini tidak ada satu lembaga keamananpun yang bisa bertindak tegas. Ya Polisi, Ya Pol PP, ya Pam Swakarsa, semuanya mandul. Para preman seperti berada di daerah yang tidak terjamah hukum. Mereka menipu orang - orang lugu dari keluarga Sasak. Kalo anda berasal dari luar Mataram saya sarankan untuk waspada dan hati-hati untuk di terutama di pusat Kota. Jangan memancing preman dengan memakai perhiasan yang berlebih. Sarankan kepada keluarga yang pulang kampung dari bekerja di luar negeri untuk tidak membawa uang tunai dalam jumlah besar . Para TKI yang pulang kampung biasanya sangat norak. Di Bandara Cengkareng saya pernah bertemu dan pulang satu pesawat dengan para TKI dari Malaysia. Dengan tampang “ Amy Search “ yang gagah percek mereka kelihatan sok aksi. Kaca mata hitam, jaket Levis, sepatu baru yang tinggi, wokmen di telinga, serta sikap yang atraktif sesungguhnya sangat memalukan. Mereka tidak peduli kalo orang disamping kiri-kanannya bisik-bisik. Sikap seperti ini bisa di bilang memancing preman. Dengan logat Melayu yang kental, para TKI akan semakin cepat di kenali preman. Ini sikap yang tidak menguntungkan bagi TKI sendiri. Kasihan. Sudah capek-capek bekerja jauh di negeri orang. Uang yang mereka dapat harus lenyap di tipu, atau di rampas preman Mataram.Dalam tahun kunjungan Indonesia 2008. keberadaan para preman Mataram khusunya dan NTB pada umumnya, harus menjadi perhatian pemerintah. Di Mataram, Polisi pasti tahu kalo jaringan para penipu itu berasal dari satu kampung di wilayah Kota Mataram. Peta kekuasaannya berkisar di wilayah Pasar Sweta, Pasar Mandalika, dan sekitar pasar Cakranegara. Secara umum di NTB, kasus kriminal yang melibatkan para preman ini telah merusak citra pariwisata NTB. Dunia yang tanpa batas saat ini, membuat kita melihat sisi lain belahan bumi hanya dengan duduk di depan PC atau televisi. Hari ini kejadian perampokan wisatawan di hutan Rinjani, dalam waktu tiga , empat atau bahkan dalam waktu yang sama sudah bisa di lihat di CNN, Internet atau layanan mobile. Citra buruk wisata Lombok harus di bersihkan dengan melibatkan semua pihak. Pemerintah dengan Polisinya. Masyarakatpun bisa berpartisipasi melalui kebijakan adat.` Karang Bata Mataram Januari 2008
Kasus Kekerasan di Lombok Tengah
mendengar berita kekerasan dari Lombok Tengah bukanlah hal baru. Hampir setiap berita kekerasan antar kampung, selalu bicara soal Lombok tengah. Jika menengok kebelakang, kekerasan itu sudah dimulai jauh dalam abad - abad silam. dalam sebuah buku tulisan orang Belanda disebutkan ( kalo tidak salah ) pada masa penjajahan anak Agung, jika Lombok timur upetinya adalah berupa pangan, Lombok Utara berupa kapas atau bahan pakaian, Lombok tengah memberi upeti dengan darah ( getih ). Jika mencermati ini, maka bibit kekerasan memang sudah ada sejak lama. Semeton Sasak Lombok Tengah terkenal dengan kemumpunian serta cenderung lebih agresiv. salah seorang wartawan Lombok Post menceritakan sebuah wacana , bagaimana jika perang antar kampung dilegalkan namun dengan syarat harus terbuka dan disediakan arena seperti ring tinju. Bagi saya ini menarik, sebab wacana ini sejalan dengan visit NTB 2012. ?
Langganan:
Postingan (Atom)