Kamis, 18 Juni 2009

PREMANISME DAN PARIWISATA NTB

Sewaktu kecil, saya pernah dimarahi preman pasar Cakrangara. Pasalnya, saya berteriak sambil menunjuk kearah penjual “ jadi-jadian “ yang saya tahu tengah menipu pembeli. Mereka melakukan transaksi jual beli dengan cara berbeda dari penjual lain. Di depan pembeli seolah ada tumpukan baju, arloji, serta pernak-pernik lain yang kalo di hitung harga penawarannya sangat murah dan tidak masuk akal. Saya penasaran dan sengaja berdiri di belakang penjual tersebut. Ternyata setelah tansaksi penawaran “ jadi “ , barang – barang tersebut langsung berkurang ketika tangan penjual mengambil tas. Tinggallah apa yang terlihat di luar. Saya melihat kejadian itu dan berteriak, “ pak jangan di beli “ !. Tiba-tiba seluruh mata memandangi . Saya baru sadar kalo sebagian besar dari orang yang berkerumun tersebut adalah kawanan mereka. Biasanya untuk memancing kerumunan orang mereka berkumpul, diantaranya ada juga yang membayar tanda “ jadi “ pada penjual yang ternyata kawan mereka juga. Salah seorang preman menarik tangan saya menuju pojok pasar Cakranegara. Menggertak .Saya pun berlalu dengan ketakutan.Itu dulu di tahun 80-an. Sekarang para preman memiliki cara yang lebih canggih dan modern sesuai zaman. Terakhir saya sering bertemu dengan mereka yang sengaja minta pertolongan kepada korban yang sudah diperkirakan memiliki banyak uang. Biasa nya mereka berdiri didepan Toko-toko di pasar Mandalika. Salah seorang dari mereka akan mendekati korban sambil minta tolong. Dengan mengaku berasal dari wilayah Bayan atau Sekotong yang kecopetan, korban akan merasa kasihan. Apalagi ditambah “ aksesoris “ bekas luka karena di keroyok kawanan copet. Jika korban sudah terlihat kasihan maka sang preman akan mengeluarkan semacam barang berharga untuk ditawarkan. Barang berharga itu berupa jam tangan berwarna emas yang katanya di beli di Mekkah atau barang lain. Kesempatan itu di manfatkan oleh kawanan preman untuk tampak turut kasihan dan banyak bertanya pada nya . Pada saat yang sama kawanan tersebut akan menganjurkan untuk memantu dan membayar barang yang katanya tinggal satu-satunya. Jika begitu korban akan mengeluarkan uang untuk membayarnya.Korban bertamabah.Memasuki wilayah Mataram, anda yang bukan berasal dari Mataram memang harus hati-hati dan waspada. Premanisme menunggu dan mengancam mulai saat anda turun di Terminal Mandalika. Saat turun anda akan diburu berpuluh orang yang berebut membantu barang bawaan. Mereka akan menawarkan ojek atau antar kemana saja anda mau. Kesempatan ini biasanya barang bawaan anda akan di rebut dan di bawa ke mobil-mobil disekitar terminal. Kalau kurang cermat barang bawaan anda bisa raib. Karena banyaknya orang yang mengerubuti anda, akan sulit untuk membedakan mana yang betul membantu atau yang tangannya gerayangan mencari dompet para penumpang yang lengah atau tak paham kondisi terminal. Sudah banyak cerita tentang kemalangan para korban di terminal mandalika. Teman saya pernah cerita tentang seorang pelancong yang begitu lama mengumpulkan uang untuk bisa datang ke Lombok. Pelancong ini tertarik karena Lombok yang terkenal dengan pulau “ Seribu Masjid “. Sialnya , ketika pertama kali menginjakkan kaki di Terminal Mandalika, dompetnya raib. Kesannya langsung berubah. Ternyata Lombok adalah pulau seribu ……Keganasan para preman ini memang sudah bukan rahasia lagi. Korban paling menggiurkan bagi mereka adalah para TKI yang pulang dari luar negeri. Para TKI yang pulang lewat pasar Terminal Mandalika akan diantar langsung ke rumanya. Mereka memiliki tarif yang tinggi. Saat mengantar mangsa, diatas mobil para preman akan minta macam-macam. Ada yang minta barang berharga, minta oleh-oleh atau menaikkan tarif. Tentunya dengan agak memaksa. Para preman ini biasanya bergabung dengan para sopir “kalong”. Mereka beraksi di malam hari. Diantara para premanpun terjadi rebutan penumpang. Antara sopir, kernet dan para preman TKI ini biasanya sudah ada kesepakatan untuk menjerat mangsa. Salah seorang kernet dari sopir “ kalong “ yang berasal dari kampong sebelah (Karang Parwa), ditemukan tewas di sekitar Pajang Mataram. Karena korban tewas adalah kernet “ kalong “ maka orang memprediksi kematiannya sebagai korban rebutan mangsa antar sesama preman.Dalam sebuah perjalanan ke Bogor, menemui kawan asal Lombok yang bekerja di sana , saya rada khawatir dengan keberadaan preman di terminal yang saya lalui. Dari Pondok Indah saya naik metro ke terminal Lebal Bulus. Karena khawatir di serbu preman, saat turun mobil saya diam sejenak sambil mengamati lingkungan. Ternyata tak seorang pun yang menanyai kemana tujuan saya atau menari-narik bawaan saya. Justru saya sendiri yang bertanya , dimana bis tujuan Bogor. Dengan sangat santunnya orang itu mengantar da menunjukkan mobil yang saya maksud. Tentunya saya sangat lega. Bagi sebagian orang yang pertama kali melakukan perjalanan perdana ke suatu tempat seperti saya, mungkin akan berfkir bahwa di Surabaya atau Jakarta pasti lebih ganas dan buruk. Awalnya saya berfikir begitu. Namun rasa khawatir itu sirna ketika saya sampai di kota Bogor yang sejuk . Preman terminal seperti di Mandalika ternyata tidak ada.Di Cakranegara, para preman yang melakukan penipuan justru berada tidak jauh dari pos Polisi. Dengan modus seperti orang tersesat, mereka menjerat mangsa dari orang asing yang jarang ke kota. Seperti preman lainnya di kota Mataram, biasanya kawanan ini tidak beroprasi sendiri. Salah seorang akan mendatangi mangsa sambil bertanya , dimana toko emas Tian Thai. Jika mangsa respon, penipu ini akan mengeluarkan emas palsu yang akan di jual di toko emas tersebut. Sambil berkeluh kesah kehabisan uang untuk pulang ke Bayan atau Selong Belanak, sang penipu akan minta di antar atau menawarkan emas palsunya unuk di bayar oleh korban. Pada saat yang sama gerombolan penipu itu akan ikut seolah membantu dan bertanya macam macam guna memancing rasa kasihan korban. Salah seorang akan membujuk agar korban membantu. Korban yang tidak sadar sedang di tipu past akan membayar emas palsu tersebut.Saya merasa heran dengan keberadaan mereka para penipu dan preman, yang nyata-nyata mengganggu ketertiban umum ini. Mereka sangat leluasa melakukan penipuan dengan modus macam-macam. Sepertinya di Mataram ini tidak ada satu lembaga keamananpun yang bisa bertindak tegas. Ya Polisi, Ya Pol PP, ya Pam Swakarsa, semuanya mandul. Para preman seperti berada di daerah yang tidak terjamah hukum. Mereka menipu orang - orang lugu dari keluarga Sasak. Kalo anda berasal dari luar Mataram saya sarankan untuk waspada dan hati-hati untuk di terutama di pusat Kota. Jangan memancing preman dengan memakai perhiasan yang berlebih. Sarankan kepada keluarga yang pulang kampung dari bekerja di luar negeri untuk tidak membawa uang tunai dalam jumlah besar . Para TKI yang pulang kampung biasanya sangat norak. Di Bandara Cengkareng saya pernah bertemu dan pulang satu pesawat dengan para TKI dari Malaysia. Dengan tampang “ Amy Search “ yang gagah percek mereka kelihatan sok aksi. Kaca mata hitam, jaket Levis, sepatu baru yang tinggi, wokmen di telinga, serta sikap yang atraktif sesungguhnya sangat memalukan. Mereka tidak peduli kalo orang disamping kiri-kanannya bisik-bisik. Sikap seperti ini bisa di bilang memancing preman. Dengan logat Melayu yang kental, para TKI akan semakin cepat di kenali preman. Ini sikap yang tidak menguntungkan bagi TKI sendiri. Kasihan. Sudah capek-capek bekerja jauh di negeri orang. Uang yang mereka dapat harus lenyap di tipu, atau di rampas preman Mataram.Dalam tahun kunjungan Indonesia 2008. keberadaan para preman Mataram khusunya dan NTB pada umumnya, harus menjadi perhatian pemerintah. Di Mataram, Polisi pasti tahu kalo jaringan para penipu itu berasal dari satu kampung di wilayah Kota Mataram. Peta kekuasaannya berkisar di wilayah Pasar Sweta, Pasar Mandalika, dan sekitar pasar Cakranegara. Secara umum di NTB, kasus kriminal yang melibatkan para preman ini telah merusak citra pariwisata NTB. Dunia yang tanpa batas saat ini, membuat kita melihat sisi lain belahan bumi hanya dengan duduk di depan PC atau televisi. Hari ini kejadian perampokan wisatawan di hutan Rinjani, dalam waktu tiga , empat atau bahkan dalam waktu yang sama sudah bisa di lihat di CNN, Internet atau layanan mobile. Citra buruk wisata Lombok harus di bersihkan dengan melibatkan semua pihak. Pemerintah dengan Polisinya. Masyarakatpun bisa berpartisipasi melalui kebijakan adat.` Karang Bata Mataram Januari 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar